Pengertian Efektifitas Organisasi Dalam Budaya Perusahaan

Pengertian Efektivitas organisasi

Pengertian Efektivitas Organisasi Dalam Budaya Perusahaan

Budaya Perusahaan disini  merupakan terjemahan dari kata Corporate Culture, dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara pada kualitas kinerja perusahaan. Dengan demikian, budaya perusahaan merupakan solusi yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik, bagi sebuah kelompok dalam menghadapi persoalan-persoalan di dalam dan di luar kelompoknya.

Budaya perusahaan  menurut Susanto, AB. (1997:3) :
 “Suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota  organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku.”

Setiap perusahaan ingin mencapai taraf efektivitas yang tinggi dalam kegiatan operasionalnya, karena dengan efektivitas yang tinggi diharapkan semua kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan dapat pula mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

AG. Pringgodigdo (1983 :361) berpendapat bahwa efektivitas adalah : “Menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Usaha dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai tujuannya. Secara ideal taraf efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang pasti.”

Efektivitas dalam konteks perilaku organisasi menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly (1996:28) merupakan: ”Hubungan optimal antara produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan.”

Sedangkan menurut Steers, R.M. (1985:216), Efektivitas dipandang sebagai proses yang berkesinambungan dan bukan sebagai keadaan akhir. Yaitu dalam menggerakkan, mengarahkan dan mempertahankan usaha pekerja yang berarahkan tujuan.

Dalam penelitian mengenai efektivitas organisasi, sumber daya manusia dan perilaku manusia muncul sebagai fokus primer dan usaha-usaha  untuk meningkatkan efektivitas harus selalu dimulai dengan meneliti perilaku ini ditempat kerja. Mengingat kenyataan bahwa sekarang organisasi menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam mendapatkan sumber daya yang langka dan berharga yang diperlukan untuk memenuhi baik sasaran individu maupun organisasi, keharusan memahami sifat dan proses efektivitas organisasi sangat penting artinya bagi para manajer modern (Steers, R.M (1985:2-3)). 

Ukuran-Ukuran Efektivitas Organisasi
Dalam awal usaha mengukur efektivitas organisasi para sosiolog dan psikolog di bidang industri selalu melihat konsep efektivitas dari sudut terpenuhinya berapa kriteria akhir. Thorndike (1949) mengenali beberapa kriteria yang dipakai dalam rancangan yang lebih dini, yaitu
  • produktivitas
  • laba bersih
  • penyelesaian misi
  •  pertumbuhan
  • stabilitas organisasi
Pada perkembangan selanjutnya hanya sedikit ukuran efektivitas organisasi yang berubah dari yang digunakan oleh Thorndike. Sebagai contoh , tinjauan yang kemudian dibuat oleh Campbell menegenai berbagai ukuran yang digunakan untuk menentukan keberhasilan organisasi menghasilkan pengenalan 19 variabel yang digunakan secara luas, dan yang paling menonjol diantaranya adalah :
  • Keseluruhan prestasi
  • produktivitas
  • kepuasan kerja karyawan
  • laba atau tingkat penghasilan dari penanaman modal
  • keluarnya karyawan
Ukuran-ukuran Efektivitas Organisasi
  • Efektivitas keseluruhan  Sejauhmana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasarannya.Penilaian umum dengan sebanyak mungkin criteria tunggal dan menghasilkan penilaian yang umum mengenai efektivitas organisasi.
  • Kualitas  Kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh organisasi.
  • Produktivitas  Kuantitas atau volume dari produk atau jasa pokok yang dihasilkan organisasi. Dapat diukur menurut tiga tingkatan : tingkat individual, kelompok dan keseluruhan organisasi. Ini bukan ukuran dari efisiensi, tidak ada perhitungan nisbah biaya dan keluaran.
  • Kesiagaan  Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan, bahwa organisasi mampu menyelesaikan suatu tugas khusus dengan baik jika diminta.
  • Efisiensi Nisbah yang mencerminkan perbandingan beberapa aspek prestasi unit terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.
  • Laba atau Penghasilan    Penghasilan atas penanaman modal yang dipakai untuk  menjalankan organisasi dilihat dari sudut pandang si pemilik. Jumlah dari sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi, kadang-kadang dinyatakan dalam prosentase
  • Pertumbuhan    Penambahan dalam hal-hal seperti tenaga kerja, fasilitas pabrik, harga, penjualan, laba, bagian pasar, dan penemuan-penemuan baru. Suatu perbandingan antara keadaan organisasi sekarang dengan keadaan masa lalunya.
  • Pemanfaatan Lingkungan    Batas keberhasilan organisasi berinteraksi dengan lingkungannya, memperoleh sumber daya yang langka dan berharga yang diperlukannya untuk operasi yang efektif. Hal ini dipandang dari rencana jangka panjang yang optimum dan bukan dalam rencana jangka pendek yang maksimal. Sebagai contoh, tingkat keberhasilannya memperoleh suplai sumber daya manusia dan keuangan secara mantap.
  • Stabilitas    Pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumberdaya sepanjang waktu, khususnya periode-periode sulit.
  • Perputaran atau keluar-masuknya karyawan    Frekuensi atau jumlah pekerja dan keluar atas permintaannya sendiri.
  • Kemangkiran    Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan.
  • Kecelakaan    Frekuensi-frekuensi dalam pekerjaan yang berakibat kerugian waktu untuk turun-mesin atau waktu unutk penyembuhan/perbaikan.
  • Semangat kerja    Kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi termasuk perasan terikat. Semangat kerja adalah gejala kelompok yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan, dan perasaan memiliki. Kelompok bersemangat, sedang perorangan bermotivasi (dan puas). Implikasi semangat adalah dari gejala kelompok.
  • Motivasi    Kekuatan kecenderungan seorang individu melibatkan diri dalam kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relative terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja unutk mencapai tujuan pekerjaan.
  • Kepuasan    Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.
  • Penerimaan Tujuan-organisasi    Diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap pribadi dan oleh unit-unit dalam organisasi. Kepercayaan mereka bahwa tujuan organisasi tersebut adalah benar dan layak.
  • Kepaduan-Konflik    Dimensi berkutub dua.Yang dimaksud kutub kepaduan adalah fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, bekerja sama dengan baik, berkomunikasi sepenuhnya dan secara terbuka, dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka. Pada kutub yang lain terdapat organisasi penuh pertengkaran baik dalam bentuk kata-kata maupun secara fisik, koordinasi yang buruk, dan komunikasi yang tidak efektif.
  • Keluwesan-Adaptasi    Kemampuan sebuah organisasi untuk mengubah prosedur standar operasinya jika lingkungannya berubah, untuk mencegah kebekuan terhadap rang sangan lingkungan.
  • Penilaian oleh pihak luar    Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi oleh mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan. Kesetiaan, Kepercayaan, dan dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh kelompok-kelompok seperti pensuplai pelanggan, pemegang saham, para petugas dan masyarakat umum.
Sumber : J.P. Campbell. “Research into the nature of Organizational Effectiveness”:An Endangered Species. Naskah yang tidak diterbitkan, University of Minnesota,1973. Dikutip oleh Steers RM (1985:46)

Efektivitas suatu perusahaan dapat dilihat dari aktivitasnya sehari-hari. Menurut pendapat Daniel R Denison (1990 : 35-37), ada beberapa pendekatan dalam mengukur efektivitas suatu perusahaan, yaitu pendekatan Tujuan (Goal Attainment model). Pendekatan ini mempunyai pendapat bahwa efektivitas suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan perusahaan. Pendekatan kedua, adalah Stake Holders Model. Pendekatan ini berargumen, bahwa efektivitas perusahaan tergantung dari kemampuan perusahaan memenuhi keinginan-keinginan dari lingkungan dunia usahanya. Baik itu lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Pendekatan ketiga, Decision Process Model, indikatornya adalah bagaimana proses pengambilan keputusan di perusahaan. Semakin tinggi keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan, maka efektivitas perusahaan akan semakin tinggi.

Baca juga : Pengertian Budaya Organisasi, Fungsi, Contoh Dan Definisi Menurut Para Ahli

Dalam pengukuran efektivitas, menyangkut didalamnya :
  • Organization Climate, menurut Taiguri dan G.Irwin (1990 :25) adalah : “Iklim perusahaan adalah kualitas kerelatifan tujuan dari lingkungan internal suatu perusahaan yang merupakan pengalaman dari para anggotanya, dipengaruhi perilaku, dapat dibedakan kedalam istilah dari nilai suatu kumpulan fakta dari karakteristik (dari sikap) suatu perusahaan.
  • Job Design. Pada dimensi ini, efektivitas diukur dengan melihat perencanaan suatu pekerjaan. Dimana desain pekerjaan harus memperhitungkan factor produktivitas dan kepuasan karyawannya.
  • Leadership. Pada dimensi ini melihat sampai sejauh mana peran kepemimpinan atasan langsung (supervisor) dalam kaitannya dengan efektivitas.
  • Work Group yaitu melihat hubungan karyawan dengan karyawan lainnya dalam suatu kelompok kerja
  • Behavioral Outcome. Pada dimensi ini melihat perilaku-perilaku yang merupakan hasil dari dimensi sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan efektivitas dari segi organisasi dan para karyawan.
Dalam mengukur efektivitas organisasi Richard M Steers membuat suatu kerangka kerja. Kerangka kerja disini mengidentifikasi empat rangkaian variabel pokok yang berhubungan dengan masalah efektivitas yaitu karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pekerja serta kebijakan dan praktek manajemen. (Steers R.M (1985 : 209))

Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Efektivitas Organisasi
Menurut Daniel R.Denison (1990 : 5-6), ada empat konsep yang perlu diperhatikan untuk mengukur kekuatan suatu budaya perusahaan, yaitu involvement, consistency, adaptability dan mission. Keempat konsep tersebut adalah merupakan kerangka kerja untuk melihat hubungan budaya perusahaan dan efektivitas perusahaan. Pendapat lain dari Daniel R.Denison yaitu bahwa efektivitas organisasi suatu perusahaan merupakan fungsi dari budaya perusahaan tersebut. Hubungan antara budaya perusahaan dengan efektivitas organisasi perusahaan tersebut didefinisikan sebagai berikut :
  1. Efektivitas merupakan fungsi dari nilai dan keyakinan yang dianut oleh para anggota suatu organisasi. Nilai-nilai khusus mempengaruhi efektivitas. Pendapat ini merupakan pendapat yang sukar untuk dijelaskan mengapa budaya perusahaan dapat mempengaruhi hasil kerja suatu organisasi. Walaupun demikian  keyakinan yang dipegang teguh, pengertian akan misi atau konsentrasi berasal dari sekumpulan nilai-nilai dan keyakinan yang dihayati yang memberikan dasar berpijak untuk koordinasi kegiatan dalam suatu organisasi.
  2.  Efektivitas merupakan fungsi dari kebijakan-kebijakan dan praktek manajemen sumber daya manusia dan lingkungan internal dari sebuah perusahaan, mempengaruhi performance dan efeknya. Ketentuan dalam pemecahan konflik, perencanaan suatu strategi, pendesainan pekerjaan akan menghasilkan performance yang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 
  3. Efektivitas merupakan fungsi dari perwujudan nilai-nilai inti dan keyakinan kedalam kebijakan-kebijakan dan praktek manajemen dengan cara yang konsisten. Pandangan dari seorang pemimpin harus dioperasionalkan melalui tindakan, membangun suatu budaya yang kuat berarti konsistensi yang tinggi antara nilai-nilai dan tindakan. Tindakan ini merupakan bentuk dari konsistensi yang sering disebutkan sebagai suatu sumber kekuatan suatu organisasi dan sebagai suatu jalan untuk memperbaiki performance dan efektivitas.
  4. Efektivitas merupakan fungsi dari hubungan antara nilai-nilai dan keyakinan , praktek dari organisasi, dan lingkungan dunia usaha dari organisasi tersebut.

0 Response to "Pengertian Efektifitas Organisasi Dalam Budaya Perusahaan"

Posting Komentar